BAB XII || PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN DEMOKRASI PENDIDIKAN


 


A.    Arti Penting Pendidikan Seumur Hidup Dan Demokrasi Pendidikan

1.      Pendidikan Seumur Hidup

Tokoh-tokoh penganjur life long education mengembangkan sejumlah argumentasi yang berbeda. Dikemukakan bahwa pendidkan seumur hidup akan meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, alternative dalam menghadapi struktur sosial yang cendrung selalu berubah, mengantarkan pada peningkatan kualitas hidup, dan sebagainya.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal perlunya pendidikan seumur hidup tersebut:

a.    Pertimbangan ekonomi

b.    Keadilan

c.    Faktor peranan keluarga

d.   Faktor perubahan peranan sosial

e.    Perubahan teknologi

f.     Faktor-faktor vocational

g.    Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa

h.    Kebutuhan anak-anak awal

2.      Demokrasi Pendidikan

Menurut KBBI demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Demokrasi, disaimping merupkan pelaksanaan dan prinsip kesamaan sosial dan tidak adanya yang mencolok, juga menjadi suatu cara hidup, suatu way of life yang menekankan nilai individu dan intelejensi serta manusia percaya bahwa dalam berbuat bersama manusia menunjukkan adanya hubungan sosial yang mencerminkan adanya saling menghormati, kerjasama, toleransi, dan fair play.

Demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas, patut selalu di analisis, sehinggga memberikan manfaat dan praktik kehidupan dan pendidikan yang paling tidak mengandung hal hal sebagai berikut ;

a.    Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia

b.    Setiap manusia memiliki perubahan kearah fikiran yang sehat

c.    Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

 

B.     TEORI TENTANG PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

1. Pengertian

Pendidikan seumur hidup adalah suatu konsep, suatu idea. Gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung selama seorang berlajar di lembaga-lembaga pendidikan formal, bahwa seseorang masih dapat memperoleh pendidikan kalau ia mau setelah ia selesai menjalani pendidikan formal. Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa pendidikan, dalam arti kata yang sebenarnya, adalah sesuatu yang berlangsung terus sepanjang kehidupan seseorang.

Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu (1) individu, (2) masyarakat, dan (3) lingkungan fisik. Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang mencakup tiga komponen, yaitu (1) tahap-tahap perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, dan masa dewasa), (2) peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan, yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup, dan (3) aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental, sosial, dan emosional).

Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut:

a.    Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.

b.    Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup

2.      Konsep pendidikan seumur hidup

Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh Hadis Nabi Muhammad Saw. Yang berbunyi:

اَطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ

 

“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”.

Konsep tersebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction to Life long Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengrand, yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.

Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR NO.IV/MPR/1973jo.TAP NO.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional.

Adapun konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup ada 4, yaitu:

a.        Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri

Sebagai suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.

b.      Konsep belajar seumur hidup

Dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.

c.       Konsep pelajar seumur hidup

Pelajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar diseluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.

d.      Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup

Kurikulum, dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.

3.      Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program program pembelajaran

Penerapan konsep pendidikan seumur hidup dalam dunia pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Guruge (dalam Ihsan, 2005:48), berimplikasi pada 6 jenis program pendidikan, antara lain pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan profesional, pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan serta pendidikan kultural dan pengisian waktu luang.

a.       Pendidikan Baca Tulis Fungsional

Dari segi implementasinya, program baca tulis merupakan cara paling murah dan praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan. Berbagai pengetahuan baru dapat diperoleh dari bahan bacaan. Namun, kemampuan baca tulis hanya bisa berarti bila dapat ditunjang dengan ketersediaan bahan-bahan bacaaan.

Ihsan (2005: 49) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi realisasi dari program baca tulis fungsional, yaitu: a) memberikan kecakapan membaca-menulis-menghitung yang fungsional bagi anak didik, b) menyediakan bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimiliki.

b.    Pendidikan Vokasional

Program pendidikan vokasional merupakan salah satu program yang penting dalam rangka pendidikan seumur hidup, khususnya Indonesia. Sebagaimana negara berkembang pada umumnya, sistem pendidikan yang sudah diterapkan kini sebagian besar diambil dari negara Barat. Akibatnya, output pendidikan sekolah pada umumnya menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berada dalam taraf pembangunan diri (Ihsan, 2005:50). Dari sinilah kemudian pendidikan vokasional hadir untuk memberikan bekal kepada para peserta didik agar menjadi tenaga kerja yang produktif.

c.     Pendidikan Profesional

Pendidikan professional diciptakan untuk mewadahi kebutuhan kaum professional yang harus selalu bisa mengikuti kemajuan dan perubahan. Sebagai bentuk perwujudannya, muncullah sebuah konsep built in mechanism yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan yang berkaitan dengan kinerja mereka, seperti halnya metodologi, perlengkapan, sikap yang professional, dan lain-lain (Ihsan, 2001: 50). Dengan demikian, golongan professional akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan yang ada.

d.    Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik

Baik warga negara maupun para pemimpin masyarakat sangat membutuhkan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik, karena pendidikan ini mempunyai peranan yang krusial dalam mencapai sebuah kehidupan bernegara yang demokratis sebagaimana mestinya.

e.    Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang

Seseorang yang disebut educated man harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan, agama, filsafat hidup, seni dan musik bangsa sendiri. Pengetahuan tersebut di samping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk mengisi waktu luang yang lebih menyenangkan.

Selain itu, konsep pendidikan seumur hidup juga berimplikasi pada sasaran pendidikan, yang terbagi dalam 6 kategori, yaitu para buruh dan tani, golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya, pekerja berketerampilan, golongan teknisian dan profesional,  pemimpin dalam masyarakat, dan anggota masyarakat yang sudah tua.

Orang-orang terpelajar diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat hidup, seni, dan music bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama segi pengalaman yang memungkinkannya untuk mengisi waktu senggangnya dengan menyenangkan. Oleh karena itu, pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari life long education.

Sementara itu implikasi konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:

                                          1)      Para buruh dan petani.

                                          2)       Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya.

                                          3)       Para pekerja yang berketerampilan.

                                          4)      Golongan teknisi dan professional.

                                          5)      Para pemimpin dalam masyarakat.

                                          6)       Golongan masyarakat yang sudah tua.

f.       Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan

Diakui bahwa era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan iptek telah memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara memasak yang serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menuntut pendidikan yang berlangsung secara continue (life long education).

Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.

4.      Pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif

a.       Tinjauan Ideologis

Pendidikan seumur hidup atau long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill).

b.      Tinjauan Ekonomis

Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini memungkinkan seseorang untuk:

1)      Meningkatkan produktivitasnya.

2)       Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.

3)       Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.

4)       Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.

c.       Tinjauan Sosiologis

Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah, dan atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan merupakan solusi dari masalah tersebut.

d.      Tinjauan Filosofis

Negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan sebagainya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Hal ini menjadi tugas pendidikan seumur hidup.

e.       Tinjauan Teknologis

Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang terjadi di negara-negara maju.

f.       Tinjauan Psikologis dan Paedagogis

Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup, dalam istilah yang lebih luas yaitu development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.

5.      Strategi pendidikan seumur hidup

Dalam pendidikan seumur hidup, ada 4 macam konsep kunci yang dikenal, antara lain:

a.        Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri

Pendidikan seumur hidup adalah sebuah ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman hidup dengan menerapkan sebuah sistem pendidikan yang meliputi seluruh rentang usia.

b.       Konsep belajar seumur hidup

Istilah belajar ini merupakan kegiatan meskipun tidak ada organisasi sekolah.

c.        Metode belajar seumur hidup

Keberadaan sistem pendidikan berfungsi untuk membantu orang-orang dalam belajar beradaptasi dengan lingkungan mereka sepanjang hayat.

d.      Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup

Konsep pendidikan seumur hidup membutuhkan sebuah kurikulum yang praktis sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan prinsip pendidikan seumur hidup dapat diimplementasikan.

6.      Arah pendidikan seumur hidup

Yusuf (dalam Ihsan, 2005: 47) menerangkan bahwa arah pendidikan seumur hidup terbagi menjadi dua, yaitu:

a.       Pendidikan seumur hidup pada orang dewasa

Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membuuhkan pendidikan seumur hidup untuk memenuhi kebutuhan ‘self interest’ mereka, seperti kebutuhan baca tulis dan latihan keterampilan.

b.       Pendidikan seumur hidup bagi anak

Pendidikan seumur hidup bagi anak merupakan sisi lain ang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan. Pengetahuan dan kemampuan anak memberikan peluang yang lebih besar bagi pembangunan di masa depan. Proses pendidikan seumur hidup bagi anak menenekankan pada metodologi agar motivasi, kunci dan kepribadian belajar dapat tertanam dengan kuat dalam diri anak.

 

C.    Prinsip-Prinsip Demokrasi Pendidikan di Indonesia

Prinsip berarti azas (kebenaran yang menjadi pokok orang berfikir, bertindak dan sebagainya). Dagober D. Runes mengartikan sebaga kebenaran yang bersifat universal yang menjadi sifat dari sesuatu dikaitkan dengan pendidkan agaknya prinsip pendididkan dapat diartikan dengan kebenaran yang universal sifatnya yang dijadikan dasar dalam merumuskan demokrasi pendidikan.

Kebenaran yang universal tersebut, bersumber dari filsafat hidup, politik, ekonomi, budaya dan sebagainya dari suatu masyarakat dimana pendidikan tersebut dilaksanakan.

Prinsip-prinsip tersebut diantaranya;

1.      Hak azazi setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan

2.      Kesempatan yang sama bagi warga Negara untuk memperoleh pendidikan

3.      Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka

Prinsip demikian di atas di Indonesia tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi; ‘’tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran’’.

Apabila pengembangan demokrasi pendidikan yang akan dikembangkan berorientasi pada cita-cita dan nila demokrasi berarti hal itu akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

1.         Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya

2.         Wajib menghormati dan melindtungi ha azazi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti luhur

3.         Mengusahakan sustu pemenuhan hak setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka kreasinya kearah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.

Jelaslah, dalam demokrasi pendidikan, anak tidak saja di persiapkan sekedar cerdas dan terampil, tetapi mampu menghargai orang lain, disamping beriman dan intelektual. Kemampuan demikian memerlukan pengayaan, pengalaman-pengalaman menghadapi dan menyeleseikan berbagai masalah kehidupan yang hanya mungkin diperoleh dan berkembang dalam model pendidikan yang terbuka, demokratis, dan dialogis.

 

Pendidikan seumur hidup, adalah sesuatu yang berlangsung terus sepanjang kehidupan seseorang. Pendidikan seumur hidup akan meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, alternative dalam menghadapi struktur sosial yang cendrung selalu berubah, mengantarkan pada peningkatan kualitas hidup, dan sebagainya.

Sedangkan demokrasi menurut KBBI diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas, patut selalu di analisis, sehinggga memberikan manfaat dan praktik kehidupan dan pendidikan yang paling tidak mengandung hal hal sebagai berikut ;

1.    Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia

2.    Setiap manusia memiliki perubahan kearah fikiran yang sehat

3.    Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

 

LANDASAN DAN PENERAPAN PENDIDIKAN

 

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

1.   Landasan Filosofis

a.   Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

a)    Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.

b)   Perenialisme

Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

c)   Pragmatisme dan Progresifme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari  nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

d)   Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2.    Landasan Sosiologis

a.   ­Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

1.  Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2.  Hubungan kemanusiaan.

3.  Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.  Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara

sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

3.    Landasan Kultural

a.   Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

b.   Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4.  Landasan Psikologis

a.  Pengertian Landasan Psikologis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5.    Landasan Ilmiah dan Teknologis

a.   Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

 

B.   ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN

 

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.

1.    Asas Tut Wuri Handayani Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat), Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

 

2.  Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

 

            Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

 

1.      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dankesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.

2.      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3.      Asas Kemandirian dalam Belajar dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

 

PENERAPAN PENDIDIKAN

 

1.    Program Aksi Penerapan Pendidikan Islami

            Tantangan  yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif. Namun demikian, jika dicermati perkembangannya, Islamisasi disiplin ini merebak kuat dan karenanya perbincangan tentang Islamisasi disiplin ilmu menguat tajam. Dalam perkembangan sekarang ini, telah muncul Islamic Anthropology yang dipelopori oleh Merril Wynn Davies dan Akbar S. Akhmad, Islamic Economy yang dipelopori oleh Muhammad Anwar dan Muhammad Najatullah Siddiqie, Islamic Sociology diprakarsai oleh  Ilyas B. Yunus dan Muhammad al-Mubarrak, Psikologi Islami (Islamic Psychology) digerakkan oleh Malik B. Badri, Muhammad Utsman Najati dan Hanna Djumhana Bastaman dan terakhir ini sedang diperbincangkan adalah pendidikan Islami (Islamic Education).


Mencermati perkembangan di atas, maka ada sejumlah program aksi yang diperlu diperbincangkan untuk pengembangan profesionalitas guru dan unggul dalam menerapkan pendidikan Islami di Aceh. Beberapa program aksi yang mendesak untuk dikembangkan, di antaranya: Pertama, mewujudkan keunggulan dalam mutu lulusan. Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi peluang tersebut dengan produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra yang saling menguntungkan. Dengan memperhatikan keunggulan kompetitif masa depan di atas, maka lulusan pendidikan Islam hendaknya senantiasa memiliki sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang bersumber pada ajaran agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai kegoncangan jiwa atau stress akibat kekalahan, kelelahan atau keterbatasan daya dalam bersaing dengan orang lain untuk memperebutkan kesempatan atau sebagai akibat dari kehidupan sekuler-materialistik yang semakin merajalela.


Kedua, beberapa indikator keunggulan lulusan pendidikan Islam yang perlu diperjuangkan, yakni:

1. Secara akademik, lulusan pendidikan Islam dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terutama pada PTN terkemuka.

2.  Secara moral, lulusan pendidikan Islam dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitarnya.

3.  Secara individual, lulusan pendidikan Islam semakin meningkat ketakwaannya.

4. secara sosial, lulusan pendidikan Islam dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dan

5. Secara kultural, lulusan pendidikan Islam mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkungan sosialnya.Dengan kata lain, dimensi kognitif intelektual, afektif emosional, psikomotorik-praktis dan kultural dapat terbina secara seimbang dan selaras.Inilah indikator-indikator yang dapat dijadikan tolok ukur untuk melihat ketepatan strategi penerapan pendidikan Islam yang diterapkan

.

Ketiga, pengembangan profesionalitas guru. Pengembangan profesionalitas guru di satu pihak mengacu kepada sikap guru terhadap profesinya, dan di satu pihak lagi adalah derajat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka melakukan pekerjaannya sebagai guru. Ada dua hal yang sangat inti dalam pengembangan profesionalitas ini, yakni panggilan hidup dan keahlian.

 

a.  Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi yang disandangnya adalah sebagai pemenuhan panggilan hidupnya. Artinya itulah lapangan pengabdiannya dan itulah lapangan kehidupannya. Kriteria ”panggilan hidup” mengacu kepada pengabdian, sekarang orang lebih senang menyebutnya dengan ”dedikasi”.

b.  Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi guru yang disandangnya adalah diperoleh dengan suatu keahlian khusus. Oleh karenanya, kriteria ”keahlian khusus” mengacu kepada mutu layanan yang tercermin dalam proses belajar mengajar. Jika demikian halnya, maka persoalan ”dedikasi” dan ”keahlian” guru itulah yang secara sungguh-sungguh hendak dikembangkan profesionalitasnya. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Karena adanya pendidik profesional itu, maka sekolah-sekolah unggul bernuansa Islami-lah yang dilirik dan menjadi alternatif pilihan masyarakat di masa kini dan masa depan, Insya Allah.

Dapat disimpulkan Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan. Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir. Ada tiga asas pokok Pendidikan yaitu: a. Asas Tut wuri Handayani. b. Asas Belajar Sepanjang Hayat. c. Asas Kemandirian dalam Belajar.

Tantangan  yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif.


No comments: