A. Macam-Macam Pendidikan
1. Pendidkan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang atau anggota masyarakat yang di lakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan
jasmani, kesehatan, kesegaran jasmani, kemampuan, dan keterampilan kecerdasan
dan perkembangan serta kepribadian yang harmonis.[1]
Pendidikan jasmani adalah salah satu segi
pendidikan yang sungguh penting, menjadi faktor pendukung pendidikan yang lain.
Karena di berikan pendidkan jasmani, anak didik akan memiliki tubuh yang sehat
dan serta akal yang sehat. Dengan demikian mereka biasa melaksanakan pendidikan
yang lain dengan lancar.[2]
Seperti yang tercantum dalam pasal 9 No. 4
tahun 1950 yang berbunyi sebagai berikut : pendidikan jasmani yang menuju
kepada keselarasan antara tumbuh nya badan dan perkembangan jiwa merupakan
suatu usaha untuk membuat bangsa indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat
lahir bathin.[3]
Tujuan jasmani bagi anak-anak didik adalah:
a.
Untuk
mejaga dan mengembangkan pertumbuhan fisik, anak didik secara optimal.
b.
Menjadi
anak didik sehat fisik, mental dan fisik.
c.
Mejadi
anak didik memiliki kesegaran jasmani yang optimal.
d.
Menumpuk
perkembangan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan dan perasaan.
e.
Untuk
menjaga dan memelihara kesehatan badan seperti alat-alat pernafasan, panca
indra dan sistem organ tibuh lain nya.
f.
Menjadikan anak didik kreatif dan inofatif.
Pendidikan jasmani tidak hanya di berikan oleh
guru saja, tetapi orang tua sangat berperan penting dalam kepentingan jasmani
anak, mulai semenjak lahir, orang tualah yang memelihara, menjaga, kesehatan
dan menjaga kebersihan nya, mulai di mandikan setiap hari dan tidur pada setiap waktunya.
Adapun fungsi
sekolah bagi pendidikan jasmani anak didik antara lain:
a.
Mengajarkan
bermacam-macam permainan yang menggunakan gerak tubuh seperti senam.
b.
Memberikan
penyuluhan tentang kesehatan, berupa petunjuk-petunjuk kepada anak-anak
bagaimana seharusnya hidup sehat.
c.
Menjaga
dan memelihara kebersihan lingkungan sekolah tempat anak-anak belajar seperti
kebersihan gedung sekolah dan alat-alat sekolah dll.
d.
Mengatur
proses belajar mengajar dengan sebaik-baik nya, penyusunan daftar pelajaran
yang menggunakan waktu istirahat buat ana-anak.
Uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tugas
sekolah dalam pendidikan jasmani ada dua segi yaitu:
1. Segi positi, berati secara lansung berusaha
memupuk perkembangan jasmani anak-anak seperti senam.
2. Segi prefentif, berarti secara tidak langsung
menjaga supya perkembangan dan kesehatan jasmani anak agar tidak terganggu
seperti menjaga kebersihan sekolah.
2. Pendidikan Rohani
Pendidikan rohani adalah yang di berikan kepada
jiwa seseorang. Pendidikan rohani merupakan suatu alat untuk mengembalikan diri
seseorang supaya dapat hidup tentram dan bahagia. Jiwa seseorang sudah rusak
maka dia tidak akan merasakan keindahan hidup di dunia. Contoh, jika seseorang
itu memiliki sifat dengki, maka ia selalu merasakan iri hati kepada orang yang
merasa lebih dari nya.
Tujuan pendidikan rohani ini adalah:
a.
Membantu
anak didik berakhlak mulia, berbudi luhur, bersikap sopan dan santun, dan
tingkah laku yang baik.
b.
Memotivasi
anak didik agar ia memiliki cita-cita yang tinggi.
c.
Mengembangkan
sikap anak yang jujur dalam segala perbuatan.
d.
Mendidik
anak agar taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan
Nya.
e.
Menciptakan
kehidupan anak yang Islami.
f.
Mengajarkan
anak didik bersifat tanggung jawab.
Agar tujuan tersebut dapat di capai oleh anak didik,
perlu adanya kerja sama anatra lingkungan sekolah dengan keluarga si anak,
karena keluaga dan sekolah sangat mempengaruhi pendidikan anak. Dan anak akan
biasa menjadi berbudi pekerti, berakhlak mulia, mengerjakan kebaikan, menjauhi
kejahatan dan bercita-cita tinggi.[4]
3. Pendidikan Intelek
Pendidikan intelek adalah pendidikan yang
bermaksud untuk mengembangkan daya pikir atau kecerdasan anak didik dan
menambah pengetahuan.[5]
Banyak peserta didik beranggapan bahwa ilmu
dapat di cari dari buku-buku dan menghafal buku itu,merupakan satu-satu nya
jalan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebenarnya bukan itu saja masih
banyak untuk mendapatkan ilmu pengatahuan seperti pengalaman pribadi,
penelitian, dan mempelajari alam sekitar nya.
Dalam pendidikan intelek, anak didik tidak di
ajarkan menghafal saja, tapi anak didik di haruskan memahami dan mengerti
terhadap apa yang pelajarinya. Sebab kalau dangan menghafal saja dangan tujuan
untuk menghadapi ujian maka ilmu itu tidak akan melekat kedalam otak nya,akibat
nya tingkatkecerdasan anak menjadi lemah.
Dalam pendidikan ini pendidik juga di harapkan
mampu menjadikan anak didiknya mamapu melatih daya ingat dalam proses belajar
mengajar, memperkuat kemampuan dan menghidupkan semangat keingin tahuan serta
mendidik anak-anak untuk biasa mengambil keputusan bijaksana. Apa bila
kecerdasan anak sudah di asah dan otaknya telah tajam, maka nantinya anak-anak
akan mampu melakukan pekerjaan yang sulit.
Pendidikan intelek atau kecerdasan memepunyai
dua tugas yaitu:
a.
Pembentukan
fungsional, pembentukan fungsi jiwa ingatan dan imajinasi bepikir.
b.
Pembentukan
material, berupa tanggapan-tanggapan, pengertian dan pengetahuan yang siap
dengan keterampilan.
Pembentukan material terbagi kepada dua macam
yaitu: a) Menambahkan ilmu pengetahuan seperti belajar matematika, sejarah dll.
b) Menambah keterampilan seperti dalam pelajaran membaca, menulis, menggambar
dll.[6]
4. Pendidikan Etika
Menurut beberapa para ahli.
a.
O.P
Simorangkir.
Etika adalahsuatu pandangan manusia dalam
perilaku menurut peraturan dan penilaian yang baik.
b.
Sidi
Gajalba
Dalam sistematika filsafat etika adalah teori
tentang tingkah laku kehidupan manusia, baik di pandang dari segi baiknya
ataupun buruk nya, sejauh yang dapat di temukan oleh akal.
c.
Burhanudin
Salam
Cabang filsafat yang berbicara mengenai norma
moral yang menentukan perilaku manusai dalam hidupnya.
Jadi pendidikan adalah suatu pendidikan yang
memberikan suatu pengetahuan yang berhubungan dengan tingkah laku dan
pengetahuan.
Tujuan dari pendidikan etika adalah:
a.
Mendidik
anak didik bertingkah laku baik dan bersikap sopan santun.
b.
Membiasakan
bersikap ramah tamah dalam pergaulan.
c.
Mengajarkan
anak didik untuk saling menghargai antara teman.
d.
Menanamkan
sikap jujur pada anak didik.
e.
Mengajarkan
anak didik untuk saling menghargai.
Dalam pembentukan watak manusia menurut John
Dewev ada 3 unsur yang penting, yaitu:
a. Kemampuan yang timbul dari inisiatif sendiri.
b. Kemampuan berpikir yang baik.
c. Kehalusan perasaan atau sikap yang dapat
dikembangkan dengan bekerja sama dalam pergaulan sehari-hari.[7]
5. Pendidikan Estetika
Pendidikan estetika adalah suatu pendidikan
yang mendidik anak-anak untuk menanamkan jiwa keindahan, kesenian dan
menumbuhkan bakat serta minat anak didik.
Pendidikan estetika dapat di berikan kepada
anak didik dengan cara:
a.
Memberikan
pelajarankesenian, seperti menyanyi, menggambar, dan membuat keterampilan.
b.
Menghiasi
kelas dengan gambar supaya tercipta suasana belajar yang nyaman.
c.
Berusaha
menciptakan suasana belajar yang mengasyikan.
d.
Membersihkan
taman sekolah dan menanam bunga yang bagus-bagus.
Tujuan umumnya adalah untuk mengembangkan apa
yang telah dimiliki oleh didik sejak
lahir, yang harus kita tau bahwa manusia memiliki jiwa seninya sejak lahir. Dan
potensinya dikembangkan melalui pendidikan estetika.[8]
6. Pendidikan Sosial
Adalah pendidikan yang memberikan pengaruh positif dan sengaja datang dari pendidikan itu
sendiri terhadap anak didik.[9]
Pengaruh itu berguna untuk:
a.
Menjadikan
anak didik menjadi anak yang baik dan berjiwa sosial.
b.
Mengajarkan
anak didik bersikap sabar dan berbuat sosial dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan sosial ini adalah:
a.
Menumbuhkan
dasar-dasar jiwa yang mulia seperti tolong-menolong,saling mengasihi dan
menyayangi.
b.
Bertanggung
jawab dalam pekerjaan yang di berikan kepadanya.
c.
Dapat
bergaul dengan sesamanya di tengah-tengah masyarakat.
d.
Menjadikan
lebih terkontrol.
e.
Memelihara
dan melindungi hak orang lain.
Pendidikan sosial dapat di berikan oleh:
1. Keluarga
a.
Orang
tua melatih diri anak-anaknya dengan kerja sama dan sabar.
b.
Melatih
anak-anak supaya berkelakuan baik dan menjadi kesadaran bagi anak itu sendiri.
c.
Melatih
untuk saling tolong-menolong.
d.
Melatih
untuk saling berkorban dengan iklas.
2. Sekolah
a.
Anak
didik di biarkan bekerja secra kompak dalam suatu kelompok.
b.
Membiasakan
anak melakukan sesuatu di sekolah berdasarkan peraturan-peraturan.
c.
Anak
didik di ajarkan menyesuaikan diri dengan temannya.
d.
Membentuk
organisasi unit kesehatan sekolah(UKS).
e.
Membentuk
organisai pramuka, yang akan bekerja sama dengan organisai UKS.
7. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang paling utama, karena pendidikan agama yang
memperbaiki akhlak anak didik, membersihkan hati, mensucikan jiwa serta mendidk
hati nurani dan mendorong anak didik untuk melakukan akhlak yang mulia.
Melalui pendidikan agamalah para pendidik bisa
melatih anak didik supaya patuh dan taat mengikuti perintah Allah,serat
menanamkan jiwa tolong-menolng.
Oleh sebab itu pendidikan agama harus di
berikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.
Tujuan pendidkan agama dalam tingkat pengajaran
adalah:
a.
Menanamkan
rasa cinta dan taat kepada allah dalam hati anak didik yaitu dengan
menyingkatkan hikmah allah yang tidak terhitung banyak nya.
b.
Menanamkan
i’tikat yang dan kepercayaan yang betul dalam hati anak didik.
c.
Mendidik
anak didik supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.
d.
Memberikan
petunjuk untuk hidup di dunia menuju akhirat.
e.
Memberikan
suri teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehat-nasehat itu.
f.
Mendidik
anak didik agar menjadi orang muslim sejati, beriman dan bertakwa, beramal dan
berakhlak mulia.[10]
B. Jenis-Jenis Pendidikan
Pendidikan terdiri dari berbagai jenis. Jenis
pendidikan itu dapat dibedakan atas lima golongan yaitu:
1.
Menurut
tingkat dan sistem persekolahan.
Setiap Negara mempunyai sistem persekolahan
yang berbeda-beda, baik mengenai tingkat maupun jenis sekolah. Pada saat ini
jenis dan tingkat persekolahan di negara Indonesia dari pra sekolah sampai
perguruan tinggi tdd.
a.
Tingkat
pra sekolah seperti taman kanak-kanak.
b.
Tingkat
sekolah dasar di bedakan atas: a)Sekolah dasar umum.b) Sekolah luar biasa.
c.
Tingkat
sekolah menengah pertama, seperti SMP dan MTS
d.
Tingkat
sekolah menengah atas, seperti SLTA, SMK, SMEA dan MA
e.
Tingkat
perguruan tinggi
a) Jalur gelar (S-1, S-2, dan S-3)
b) Non gelar (D-1, D-2 dan D-3)
2. Menurut tempatnya berlangsung pendidikan
Menurut Kihajar Dewantara pendidikan menurut
tempatnya di bedakan menjadi tiga macam dan di sebut juga dengan tripusat
pendidikan yaitu:
a.
Pendidikan
dalam keluarga
b.
Pendidikan
dalam sekolah
c.
Pendidikan
dalam masyarakat
3. Menurut cara berlansung pendidikan
a.
Pendidikan
fungsional yaitu, pendidikan yang berlansung secara naluriah tanpa terencana
dan tanpa tujuan tetapi berlangsung begitu saja, yang termasuk pendidikan
fungsional adalah pendidikan dalam keluarga dan pendidikan dalam masyarakat.
b.
Pendidikan
internasional, yaitu lawan dari nasional yaitu pendidikan yang program
tujuannya sudah di rencanakan. Contoh dalam pendidikan dalam sekolah.
4. Menurut aspek pribadi
Dilihat dari kepribadian anak didik seperti: pendidikan
olah raga, pendidikan kesenian, pendidikan moral dan pendidikan sosial.
5. Menurut sifatnya pendidikan di bedakan menjadi:
a. Pendidikan informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang
berlangsung dalam keluarga, sasarannya tidak hanya kategori sosial dari
kelompok usia tertentu, tetapi meliputi berbagai usia tegasnya semua kelompok
usia.[11] Dalam
hal ini yang dimaksud pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung
dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan
pertama yang dialami oleh anak. Karena dalam keluarga inilah anak pertama kali
mendapat pendidikan dan bimbingan. Tugas utama dari keluarga ini adalah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, karena anak
dapat mencontoh dari kedua orang tuanya sebagai pendidikan kodrati dan anggota
keluarga lainnya.
Dalam melaksanakan pendidikan dirumah tangga,
yang menjadi pendidik adalah kedua orang tuanya, karena merekalah yang pertama
kali mengembangkan potensi-potensi yang ada pada anak, baik psikis, fisik,
emosi, sikap, moral, dan susila, sebagaimana yang dikemukakan oleh Zakiah
Drajat, bahwa orang tua adalah pembina yang utama dalam hidup seorang anak.
Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang
tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang
sedang tumbuh itu.[12]
Menurut Fuad Ichsan (1995) mengemukakan bahwa
fungsi pendidikan keluarga adalah sebagai berikut:
a) Merupakan pengalaman pertama bagi masa
kanak-kanak
b) Menjamin kehidupan emosional anak
c) Menanamkan dasar pendidikan moral
d) Memberikan dasar pendidikan kesosialan
e) Keluarga merupakan lembaga yang sangat berperan
penting dalammeletakkan dasar-dasar pendidikan agama dan jiwa anak
f) Dalam kontek membangun, maka keluarga cendrung
menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan sifat inisiatif dan kreatif.[13]
b. Pendidikan formal
Adapun yang disebut pendidikan formal adalah
pendidikan yang berlangsung di sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang membantu
bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam,
dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah
tangga. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan adalah
lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang di dalamnya
diajarkan pelajaran agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara
keseluruhannyabernafaskan Islam.
Secara sederhana, sekolah merupakan pendidikan
tempat peserta didik melakukan interaksi proses belajar mengajar menurut
tingkat/ jurusan tertentu secara optimal. Batasan ini memberikan suatu
fenomena, bahwa sekolah merupakan suatu lembaga pelaksana internalisasi
nilai-nilai dari suatu kebudayaan, kepada peserta didik secara terarah dan
memiliki tujuan.
c. Pendidikan non formal (masyarakat)
Istilah pendidikan non formal sering juga
disebut dengan pendidikan luar sekolah. Menurut Coombs seperti dikutip Sardiman
Kadir bahwa pendidikan non formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang diatur
diluar sistem pendidikan formal baik yang berjalan dengan sendirinya atau
sebagai suatu bagian yang penting dalam aktivitas yng lebih luas, yang
ditujukan untuk melayani anak didik yang
dikenal dan untuk tujuan-tujuan pendidikan.[14] Menurut
Ramayulis pendidikan non formal adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib dan terencana diluar kegiatan lembaga
sekolah.[15]
Ada beberapa sifat pendidikan non formal,
yaitu:
a. Pendidikan non formal lebih fleksibel artinya
tidak ada tuntutan keras bagi peserta didik serta pengajarnya tidak perlu
syarat-syarat yang ketat.
b. Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien
untuk bidang-bidang pelajaran tertentu
c. Bersifat quick yielding, dalam waktu singkat
dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan.
d. Pendidikan non formal sangat instrumental,
pendidikan yang sangat luwes, mudah dan murah sehingga menghasilkan tenaga
kerja yang terampil dan terciptanya lapangan kerja yang baru dalam waktu yang
relatif singkat.
Macam-macam pendidikan terdiri dari
pendidikan jasmani, rohani, etika, estetika, sosial, dan keagamaan. Semua
pendidikan ini bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan manusia baik secara
lahiriah maupun batiniah. Jenis-jenis pendidikan terdiri dari pendidikan
informal, formal dan non formal.
Ketiga jenis kegiatan ini dapat
dibedakan berdasarkan sifat, fungsi, dan tujuan pelaksanaannya tetapi sulit
untuk dipisahkan karena keberhasila pendidikan dalam arti terwujudnya
sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sistem itu
berperan.
[1] http://www. Dasar-Dasar
Kependidikan.com
[2] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok
Pendidikan Dan Pengajaran, 1990, h. 19
[3] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, 2001, h. 21-22
[4] Mahmud Yunus, op.cit, h. 22-23
[5] Http://www. Dasar-dasar
pendidikan.com
[6] Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang:
The Minangkabau Foundation Press, 2004), h. 158
[7] Ibid, h. 159
[8] Ibid, h. 169
[9] Ibid, h. 60
[10] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Ajaran, 1990,
h. 11-13
[11] Soelaiman Joesoef, Konsep Pendidikan Luar Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.ke. H. 66
[12] Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1992), cet. Ke-2, h. 56
[13] Soelaiman
Joesef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, 1992, h. 65-67
[14] M. Sardiman Kadir, Perencanaan Pendidikan Non
Formal, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 49
[15] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2008), cet ke-7, h. 283
No comments:
Post a Comment