BAB VIII || MACAM MACAM DAN JENIS PENDIDIKAN


 


A.  Macam-Macam Pendidikan

1.    Pendidkan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang atau anggota masyarakat yang di lakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan, kesegaran jasmani, kemampuan, dan keterampilan kecerdasan dan perkembangan serta kepribadian yang harmonis.[1]

Pendidikan jasmani adalah salah satu segi pendidikan yang sungguh penting, menjadi faktor pendukung pendidikan yang lain. Karena di berikan pendidkan jasmani, anak didik akan memiliki tubuh yang sehat dan serta akal yang sehat. Dengan demikian mereka biasa melaksanakan pendidikan yang lain dengan lancar.[2]

Seperti yang tercantum dalam pasal 9 No. 4 tahun 1950 yang berbunyi sebagai berikut : pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuh nya badan dan perkembangan jiwa merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir bathin.[3]

Tujuan jasmani bagi anak-anak didik adalah:

a.    Untuk mejaga dan mengembangkan pertumbuhan fisik, anak didik secara optimal.

b.    Menjadi anak didik sehat fisik, mental dan fisik.

c.    Mejadi anak didik memiliki kesegaran jasmani yang optimal.

d.   Menumpuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan dan          perasaan.

e.    Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan seperti alat-alat pernafasan, panca indra dan sistem organ tibuh lain nya.

f.      Menjadikan anak didik kreatif dan inofatif.                                  

Pendidikan jasmani tidak hanya di berikan oleh guru saja, tetapi orang tua sangat berperan penting dalam kepentingan jasmani anak, mulai semenjak lahir, orang tualah yang memelihara, menjaga, kesehatan dan menjaga kebersihan nya, mulai di mandikan setiap hari  dan tidur pada setiap waktunya.

   Adapun fungsi sekolah bagi pendidikan jasmani anak didik antara lain:

a.    Mengajarkan bermacam-macam permainan yang menggunakan gerak tubuh seperti senam.

b.    Memberikan penyuluhan tentang kesehatan, berupa petunjuk-petunjuk kepada anak-anak bagaimana seharusnya hidup sehat.

c.    Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan sekolah tempat anak-anak belajar seperti kebersihan gedung sekolah dan alat-alat sekolah dll.

d.   Mengatur proses belajar mengajar dengan sebaik-baik nya, penyusunan daftar pelajaran yang menggunakan waktu istirahat buat ana-anak.

Uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tugas sekolah dalam pendidikan jasmani ada dua segi yaitu:

1.    Segi positi, berati secara lansung berusaha memupuk perkembangan jasmani anak-anak seperti senam.

2.    Segi prefentif, berarti secara tidak langsung menjaga supya perkembangan dan kesehatan jasmani anak agar tidak terganggu seperti menjaga kebersihan sekolah.

2.    Pendidikan Rohani

Pendidikan rohani adalah yang di berikan kepada jiwa seseorang. Pendidikan rohani merupakan suatu alat untuk mengembalikan diri seseorang supaya dapat hidup tentram dan bahagia. Jiwa seseorang sudah rusak maka dia tidak akan merasakan keindahan hidup di dunia. Contoh, jika seseorang itu memiliki sifat dengki, maka ia selalu merasakan iri hati kepada orang yang merasa lebih dari nya.

Tujuan pendidikan rohani ini adalah:

a.    Membantu anak didik berakhlak mulia, berbudi luhur, bersikap sopan dan santun, dan tingkah laku yang baik.

b.    Memotivasi anak didik agar ia memiliki cita-cita yang tinggi.

c.    Mengembangkan sikap anak yang jujur dalam segala perbuatan.

d.   Mendidik anak agar taat dan patuh kepada perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan Nya.

e.    Menciptakan kehidupan anak yang Islami.

f.     Mengajarkan anak didik bersifat tanggung jawab.

Agar tujuan tersebut dapat di capai oleh anak didik, perlu adanya kerja sama anatra lingkungan sekolah dengan keluarga si anak, karena keluaga dan sekolah sangat mempengaruhi pendidikan anak. Dan anak akan biasa menjadi berbudi pekerti, berakhlak mulia, mengerjakan kebaikan, menjauhi kejahatan dan bercita-cita tinggi.[4]

3.    Pendidikan Intelek

Pendidikan intelek adalah pendidikan yang bermaksud untuk mengembangkan daya pikir atau kecerdasan anak didik dan menambah pengetahuan.[5]

Banyak peserta didik beranggapan bahwa ilmu dapat di cari dari buku-buku dan menghafal buku itu,merupakan satu-satu nya jalan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebenarnya bukan itu saja masih banyak untuk mendapatkan ilmu pengatahuan seperti pengalaman pribadi, penelitian, dan mempelajari alam sekitar nya.

Dalam pendidikan intelek, anak didik tidak di ajarkan menghafal saja, tapi anak didik di haruskan memahami dan mengerti terhadap apa yang pelajarinya. Sebab kalau dangan menghafal saja dangan tujuan untuk menghadapi ujian maka ilmu itu tidak akan melekat kedalam otak nya,akibat nya tingkatkecerdasan anak menjadi lemah.

Dalam pendidikan ini pendidik juga di harapkan mampu menjadikan anak didiknya mamapu melatih daya ingat dalam proses belajar mengajar, memperkuat kemampuan dan menghidupkan semangat keingin tahuan serta mendidik anak-anak untuk biasa mengambil keputusan bijaksana. Apa bila kecerdasan anak sudah di asah dan otaknya telah tajam, maka nantinya anak-anak akan mampu melakukan pekerjaan yang sulit.

Pendidikan intelek atau kecerdasan memepunyai dua tugas yaitu:

a.         Pembentukan fungsional, pembentukan fungsi jiwa ingatan dan imajinasi bepikir.

b.        Pembentukan material, berupa tanggapan-tanggapan, pengertian dan pengetahuan yang siap dengan keterampilan.

Pembentukan material terbagi kepada dua macam yaitu: a) Menambahkan ilmu pengetahuan seperti belajar matematika, sejarah dll. b) Menambah keterampilan seperti dalam pelajaran membaca, menulis, menggambar dll.[6]

4.    Pendidikan Etika

Menurut beberapa para ahli.

a.         O.P Simorangkir.

Etika adalahsuatu pandangan manusia dalam perilaku menurut peraturan dan penilaian yang baik.

b.        Sidi Gajalba

Dalam sistematika filsafat etika adalah teori tentang tingkah laku kehidupan manusia, baik di pandang dari segi baiknya ataupun buruk nya, sejauh yang dapat di temukan oleh akal.

c.         Burhanudin Salam

Cabang filsafat yang berbicara mengenai norma moral yang menentukan perilaku manusai dalam hidupnya.

Jadi pendidikan adalah suatu pendidikan yang memberikan suatu pengetahuan yang berhubungan dengan tingkah laku dan pengetahuan.

Tujuan dari pendidikan etika adalah:

a.    Mendidik anak didik bertingkah laku baik dan bersikap sopan santun.

b.    Membiasakan bersikap ramah tamah dalam pergaulan.

c.    Mengajarkan anak didik untuk saling menghargai antara teman.

d.   Menanamkan sikap jujur pada anak didik.

e.    Mengajarkan anak didik untuk saling menghargai.

Dalam pembentukan watak manusia menurut John Dewev ada 3 unsur yang penting, yaitu:

a.    Kemampuan yang timbul dari inisiatif sendiri.

b.    Kemampuan berpikir yang baik.

c.    Kehalusan perasaan atau sikap yang dapat dikembangkan dengan bekerja sama dalam pergaulan sehari-hari.[7]

5.    Pendidikan Estetika

Pendidikan estetika adalah suatu pendidikan yang mendidik anak-anak untuk menanamkan jiwa keindahan, kesenian dan menumbuhkan bakat serta minat anak didik.

Pendidikan estetika dapat di berikan kepada anak didik dengan cara:

a.         Memberikan pelajarankesenian, seperti menyanyi, menggambar, dan membuat keterampilan.

b.        Menghiasi kelas dengan gambar supaya tercipta suasana belajar yang nyaman.

c.         Berusaha menciptakan suasana belajar yang mengasyikan.

d.        Membersihkan taman sekolah dan menanam bunga yang bagus-bagus.

Tujuan umumnya adalah untuk mengembangkan apa yang telah dimiliki oleh  didik sejak lahir, yang harus kita tau bahwa manusia memiliki jiwa seninya sejak lahir. Dan potensinya dikembangkan melalui pendidikan estetika.[8]

6.    Pendidikan Sosial

Adalah pendidikan yang memberikan pengaruh positif  dan sengaja datang dari pendidikan itu sendiri terhadap anak didik.[9]

Pengaruh itu berguna untuk:

a.     Menjadikan anak didik menjadi anak yang baik dan berjiwa sosial.

b.    Mengajarkan anak didik bersikap sabar dan berbuat sosial dalam masyarakat.

Tujuan pendidikan sosial ini adalah:

a.     Menumbuhkan dasar-dasar jiwa yang mulia seperti tolong-menolong,saling mengasihi dan menyayangi.

b.    Bertanggung jawab dalam pekerjaan yang di berikan kepadanya.

c.     Dapat bergaul dengan sesamanya di tengah-tengah masyarakat.

d.    Menjadikan lebih terkontrol.

e.     Memelihara dan melindungi hak orang lain.

Pendidikan sosial dapat di berikan oleh:

1.    Keluarga

a.         Orang tua melatih diri anak-anaknya dengan kerja sama dan sabar.

b.         Melatih anak-anak supaya berkelakuan baik dan menjadi kesadaran bagi anak itu sendiri.

c.         Melatih untuk saling tolong-menolong.

d.        Melatih untuk saling berkorban dengan iklas.

2.    Sekolah

a.         Anak didik di biarkan bekerja secra kompak dalam suatu kelompok.

b.         Membiasakan anak melakukan sesuatu di sekolah berdasarkan peraturan-peraturan.

c.         Anak didik di ajarkan menyesuaikan diri dengan temannya.

d.        Membentuk organisasi unit kesehatan sekolah(UKS).

e.         Membentuk organisai pramuka, yang akan bekerja sama dengan organisai UKS.

7.    Pendidikan Keagamaan

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang  paling utama, karena pendidikan agama yang memperbaiki akhlak anak didik, membersihkan hati, mensucikan jiwa serta mendidk hati nurani dan mendorong anak didik untuk melakukan akhlak yang mulia.

Melalui pendidikan agamalah para pendidik bisa melatih anak didik supaya patuh dan taat mengikuti perintah Allah,serat menanamkan jiwa tolong-menolng.

Oleh sebab itu pendidikan agama harus di berikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Tujuan pendidkan agama dalam tingkat pengajaran adalah:

a.         Menanamkan rasa cinta dan taat kepada allah dalam hati anak didik yaitu dengan menyingkatkan hikmah allah yang tidak terhitung banyak nya.

b.        Menanamkan i’tikat yang dan kepercayaan yang betul dalam hati anak didik.

c.         Mendidik anak didik supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

d.        Memberikan petunjuk untuk hidup di dunia menuju akhirat.

e.         Memberikan suri teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehat-nasehat itu.

f.         Mendidik anak didik agar menjadi orang muslim sejati, beriman dan bertakwa, beramal dan berakhlak mulia.[10]

B.  Jenis-Jenis Pendidikan

Pendidikan terdiri dari berbagai jenis. Jenis pendidikan itu dapat dibedakan atas lima golongan yaitu:

1.        Menurut tingkat dan sistem persekolahan.

Setiap Negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda, baik mengenai tingkat maupun jenis sekolah. Pada saat ini jenis dan tingkat persekolahan di negara Indonesia dari pra sekolah sampai perguruan tinggi tdd.

a.         Tingkat pra sekolah seperti taman kanak-kanak.

b.         Tingkat sekolah dasar di bedakan atas: a)Sekolah dasar umum.b) Sekolah luar biasa.

c.         Tingkat sekolah menengah pertama, seperti SMP dan MTS

d.        Tingkat sekolah menengah atas, seperti SLTA, SMK, SMEA dan MA

e.         Tingkat perguruan tinggi

a)      Jalur gelar (S-1, S-2, dan S-3)

b)      Non gelar (D-1, D-2 dan D-3)

2.      Menurut tempatnya berlangsung pendidikan

Menurut Kihajar Dewantara pendidikan menurut tempatnya di bedakan menjadi tiga macam dan di sebut juga dengan tripusat pendidikan yaitu:

a.         Pendidikan dalam keluarga

b.         Pendidikan dalam sekolah

c.         Pendidikan dalam masyarakat

3.      Menurut cara berlansung pendidikan

a.         Pendidikan fungsional yaitu, pendidikan yang berlansung secara naluriah tanpa terencana dan tanpa tujuan tetapi berlangsung begitu saja, yang termasuk pendidikan fungsional adalah pendidikan dalam keluarga dan pendidikan dalam masyarakat.

b.         Pendidikan internasional, yaitu lawan dari nasional yaitu pendidikan yang program tujuannya sudah di rencanakan. Contoh dalam pendidikan dalam sekolah.

4.      Menurut aspek pribadi

Dilihat dari kepribadian anak didik seperti: pendidikan olah raga, pendidikan kesenian, pendidikan moral dan pendidikan sosial.

5.      Menurut sifatnya pendidikan di bedakan menjadi:

a.     Pendidikan informal

Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga, sasarannya tidak hanya kategori sosial dari kelompok usia tertentu, tetapi meliputi berbagai usia tegasnya semua kelompok usia.[11] Dalam hal ini yang dimaksud pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang dialami oleh anak. Karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapat pendidikan dan bimbingan. Tugas utama dari keluarga ini adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, karena anak dapat mencontoh dari kedua orang tuanya sebagai pendidikan kodrati dan anggota keluarga lainnya.

Dalam melaksanakan pendidikan dirumah tangga, yang menjadi pendidik adalah kedua orang tuanya, karena merekalah yang pertama kali mengembangkan potensi-potensi yang ada pada anak, baik psikis, fisik, emosi, sikap, moral, dan susila, sebagaimana yang dikemukakan oleh Zakiah Drajat, bahwa orang tua adalah pembina yang utama dalam hidup seorang anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu.[12] 

Menurut Fuad Ichsan (1995) mengemukakan bahwa fungsi pendidikan keluarga adalah sebagai berikut:

a)    Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak

b)   Menjamin kehidupan emosional anak

c)    Menanamkan dasar pendidikan moral

d)   Memberikan dasar pendidikan kesosialan

e)    Keluarga merupakan lembaga yang sangat berperan penting dalammeletakkan dasar-dasar pendidikan agama dan jiwa anak

f)    Dalam kontek membangun, maka keluarga cendrung menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan sifat inisiatif dan kreatif.[13]

b.    Pendidikan formal

Adapun yang disebut pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung di sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam, dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah tangga. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan adalah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang di dalamnya diajarkan pelajaran agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhannyabernafaskan Islam. 

Secara sederhana, sekolah merupakan pendidikan tempat peserta didik melakukan interaksi proses belajar mengajar menurut tingkat/ jurusan tertentu secara optimal. Batasan ini memberikan suatu fenomena, bahwa sekolah merupakan suatu lembaga pelaksana internalisasi nilai-nilai dari suatu kebudayaan, kepada peserta didik secara terarah dan memiliki tujuan.

c.    Pendidikan non formal (masyarakat)

Istilah pendidikan non formal sering juga disebut dengan pendidikan luar sekolah. Menurut Coombs seperti dikutip Sardiman Kadir bahwa pendidikan non formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang diatur diluar sistem pendidikan formal baik yang berjalan dengan sendirinya atau sebagai suatu bagian yang penting dalam aktivitas yng lebih luas, yang ditujukan untuk melayani anak  didik yang dikenal dan untuk tujuan-tujuan pendidikan.[14] Menurut Ramayulis pendidikan non formal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib dan terencana diluar kegiatan lembaga sekolah.[15]

Ada beberapa sifat pendidikan non formal, yaitu:

a.    Pendidikan non formal lebih fleksibel artinya tidak ada tuntutan keras bagi peserta didik serta pengajarnya tidak perlu syarat-syarat yang ketat.

b.    Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien untuk bidang-bidang pelajaran tertentu

c.    Bersifat quick yielding, dalam waktu singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan.

d.   Pendidikan non formal sangat instrumental, pendidikan yang sangat luwes, mudah dan murah sehingga menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan terciptanya lapangan kerja yang baru dalam waktu yang relatif singkat. 

           

            Macam-macam pendidikan terdiri dari pendidikan jasmani, rohani, etika, estetika, sosial, dan keagamaan. Semua pendidikan ini bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan manusia baik secara lahiriah maupun batiniah. Jenis-jenis pendidikan terdiri dari pendidikan informal, formal dan non formal.

            Ketiga jenis kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat, fungsi, dan tujuan pelaksanaannya tetapi sulit untuk dipisahkan karena keberhasila pendidikan dalam arti terwujudnya sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sistem itu berperan.          



[1] http://www. Dasar-Dasar Kependidikan.com

[2]  Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran, 1990, h. 19

[3] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, 2001, h. 21-22

[4] Mahmud Yunus, op.cit, h. 22-23

[5] Http://www. Dasar-dasar pendidikan.com

[6] Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: The Minangkabau Foundation Press, 2004), h. 158

[7] Ibid, h. 159

[8] Ibid, h. 169

[9] Ibid, h. 60

[10] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Ajaran, 1990, h. 11-13

[11] Soelaiman Joesoef, Konsep Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.ke. H. 66

[12] Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. Ke-2, h. 56

[13]  Soelaiman Joesef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, 1992, h. 65-67

[14] M. Sardiman Kadir, Perencanaan Pendidikan Non Formal, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 49

[15] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet ke-7, h. 283

No comments: