BAB II || TEORI TENTANG PENDIDIKAN


 


TEORI PENDIDIKAN 

            Pendidikan mempunyai peran dan manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat.Supaya tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.

            Dalam dunia pendidikan telah  berkembang teori-teori pendidikan yang bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi sebelumnya.Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :

A.      Empirisme

Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun 1704.Sesuai dengan aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses  pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung.

                        Empirisme barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus” artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir manusia.Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam pengertian anak bersih dan tidak membawa apa-apa.Karena itu,aliran ini berpendapat bahwa hasil  belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.Faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pendidikan.Sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggap tidak ada.

                        Ahli empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan.

                        Teori ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan menulisnya.Ajaran ini menganggap bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu apapun.Karena masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang menguasainya.Begitu juga yang terjadi pada perkembangan diri manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang sendiri.Kekuasaan pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak,ini disebut juga aliran optimisme.

                        Menurut aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu :

1.      Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial.

2.      Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya.

3.      Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah.

4.      Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kultural suatu masyarakat.

5.      Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan.

 

B.     Nativisme

Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir),nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar).Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk.Pendidikan tidak berpengaruh samasekali terhadap perkembangan seseorang.Nativisme adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi.

Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma (terlahir) yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang kodrati.Nativisme dipelopori oleh Arthur Schopenheur (1788-1780) seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa bakat.Aliran ini disebut juga dengan aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik.Namun demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.

Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu:

1.      Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll.

2.      Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan.

3.      Pewarisan yang bersifat tingkahlaku.

4.      Pewarisan yang bersifat alamiah (internal).

5.      Pewarisan yang bersifat sosiologis (eksternal).

Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut:

1.      Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri anak.Contohnya adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula.

2.      Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.

3.      Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang dimiliki.Sebaliknya,jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Di dalam teori ini menurut G.Leibnitz Monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat.Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan:

1.      Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya.

2.      Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman.

3.      Mendorong manusia dalam menentukan pilihan Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia  bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.

4.      Mendorong manusia  mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.

 

Tokoh lain dari nativisme adalah J.J.Rousseau,yaitu ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis.Tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.Meskipun dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan.Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.

Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan buruk.Oleh karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.Dalam hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada artinya.Sebab,lingkungan tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.Jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat.Sebaliknya,apabila mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang baik.Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan luar (lingkungan).

C.    Naturalisme

Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature” artinya alam.Aliran ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik.Ciri utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.

Teori ini dikemukakan oleh J.J.Rouseau,seorang filosof dari bangsa Perancis (1712-1778) berpendapat bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk.

Aliran ini ada persamaannya dengan teori nativisme,bahkan kadang-kadang disamakan.Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu.Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan pembawaan-pembawaan lainnya.Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dialami,bukan lingkungan yang dibuat-buat.Pembawaan yang dibawa anak hanya pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan baik dan buruk.Secara alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya sendiri-sendiri secara baik.

Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan anak.Hal ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau pertumbuhan individu yang alami.

Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya.Dikarenakan,anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya.Melalui berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya.

D.    Konvergensi

Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ”convergen”,artinya pertemuan pada satu titik.Aliran ini memperbaiki atau mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan empirisme.Maksudnya,aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat,keturunan) maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan penting.

Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern (1871-1937),ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk.Proses perkembangan anak,baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu semua manusia mampu berbahasa.Pada hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia.

 

TEORI  PEMBELAJARAN

 

Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah  terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia.

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.

Belajar adalah perubahan tingkah laku  seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak  dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).[1]

Menurut morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari  pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap , sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan  bahwa “learning is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as theresult of practice or experience”.[2] Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.[3]

Bedasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu:[4]

a.         Belajar yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik.

b.        Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.

 

A.  Macam Macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu :teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif  melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru dan konsep.

 

 

1.      Teori belajar Behaviorisme

      Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang  belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan  metode pelatihan atau pembiasaan semata.munculnya perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman.

Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses:[5]

a.     Thorndike

Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan  respon menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati.

b.    Watson

Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.

c.     Clark Hull

Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral.

 

 

d.    Edwin Guthrie

Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng.

2.      Teori belajar kognitivisme

        Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya.Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian  menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

    Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki  pengaruh utama terhadap     belajar.

Ada beberapa teori belajar berbasis kognitivisme yaitu :[6]

a.       Teori Kognitif Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt  dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna (a unified or meanimgful whole).

Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan (grouping). Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt

1)      Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan satu sama lain cenderung mengelompok ;

2)      Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ;

3)      Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok.

b.      Teori Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin

Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (kognitivefield) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan fisikologi sosial.

c.       Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Ini disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa.

d.      Teori Discovery Learning dari Jerome S.Burner

Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran   yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan  berfikir anak.

e.       Teori Belajar dari Robert M. Gagne

Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu.

3.      Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta ,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil  dan diingat.manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea  dan membuat keputusan. Siswa lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung  dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan lingkungan.

Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7]


 

Belajar adalah perubahan tingkah laku  seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak  dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu :teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif  melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru.



[1] Eveline Siregar, M.Pd dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 4

[2] M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2), hlm. 26

[3] Ibid., hlm 27

[4] Max Darsono,  Belajar dan Pembelajaran,  (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm. 76

[5] Hamzah Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 7-8

[6] Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 22-23

[7] Hamzah Uno, Op.cit., hlm 26


No comments: