TEORI
PENDIDIKAN
Pendidikan mempunyai peran dan
manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan
merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik
dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya
sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat.Supaya
tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan
kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.
Dalam dunia pendidikan telah berkembang teori-teori pendidikan yang
bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi
sebelumnya.Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
A.
Empirisme
Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang
berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun 1704.Sesuai dengan
aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala
pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan
oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung
berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang
didapatkan secara langsung.
Empirisme
barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus”
artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran
nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir
manusia.Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam
pengertian anak bersih dan tidak membawa apa-apa.Karena itu,aliran ini
berpendapat bahwa hasil belajar peserta
didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.Faktor lingkungan menentukan
dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pendidikan.Sedangkan pengaruh-pengaruh
dari dalam (faktor keturunan) dianggap tidak ada.
Ahli
empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang
menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan.
Teori
ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada
lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong
yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan menulisnya.Ajaran ini menganggap
bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi
apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu
apapun.Karena masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik
pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau
diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh
lingkungan yang menguasainya.Begitu juga yang terjadi pada perkembangan diri
manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali
tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang sendiri.Kekuasaan
pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan
anak,ini disebut juga aliran optimisme.
Menurut
aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan
yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu :
1. Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh
hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial.
2. Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh
ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya.
3. Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu
lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah.
4. Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh
kultural suatu masyarakat.
5. Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan
oleh kondisi kejiwaan.
B.
Nativisme
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir),nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia)
sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi
(dasar).Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk.Pendidikan tidak
berpengaruh samasekali terhadap perkembangan seseorang.Nativisme adalah doktrin
filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi.
Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma
(terlahir) yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak
ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang
kodrati.Nativisme dipelopori oleh Arthur Schopenheur (1788-1780) seorang
filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang
menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa
anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan
produk dari faktor pembawaan yang berupa bakat.Aliran ini disebut juga dengan
aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat
tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik.Namun
demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai
dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.
Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima
pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu:
1. Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna
kulit,bentuk tubuh,dll.
2. Pewarisan yang bersifat intelektual seperti
kecerdasan dan kebodohan.
3. Pewarisan yang bersifat tingkahlaku.
4. Pewarisan yang bersifat alamiah (internal).
5. Pewarisan yang bersifat sosiologis (eksternal).
Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam
teori nativisme adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua
orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri anak.Contohnya
adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki
pembawaan sebagai seorang yang pandai pula.
2. Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang
menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
3. Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang
mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan
secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap
energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang dimiliki.Sebaliknya,jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
Di dalam teori ini menurut G.Leibnitz Monad “di
dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori
Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan
sejak lahir/bakat.Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan:
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang
anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat
yang bisa dikembangkannya.
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang
berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang
mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap
manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi
manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman.
3. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan
Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia
bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan
berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang
dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin
dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat
lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.
Tokoh lain dari nativisme adalah
J.J.Rousseau,yaitu ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis.Tokoh ini
berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.Meskipun
dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya (secara
fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi
pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan.Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Para penganut aliran nativisme berpandangan
bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan buruk.Oleh
karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa
sejak lahir.Dalam hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada
artinya.Sebab,lingkungan tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak.Jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi
jahat.Sebaliknya,apabila mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang
baik.Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan
luar (lingkungan).
C.
Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature”
artinya alam.Aliran ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan
pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan
yang baik.Ciri utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah
kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.
Teori ini dikemukakan oleh J.J.Rouseau,seorang
filosof dari bangsa Perancis (1712-1778) berpendapat bahwa “semua adalah baik
pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di
tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang
baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan
tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk.
Aliran ini ada persamaannya dengan teori
nativisme,bahkan kadang-kadang disamakan.Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan
tertentu.Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah
memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan
pembawaan-pembawaan lainnya.Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan
yang dialami,bukan lingkungan yang dibuat-buat.Pembawaan yang dibawa anak hanya
pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan
baik dan buruk.Secara alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya
sendiri-sendiri secara baik.
Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha
sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti
mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah
tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan
anak.Hal ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu
persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah
harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau
pertumbuhan individu yang alami.
Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau
mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya.Dikarenakan,anak
memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi
berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan
menemukan sendiri apa yang diperlukannya.Melalui berbagai bentuk kegiatan dan
usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya.
D.
Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris
”convergen”,artinya pertemuan pada satu titik.Aliran ini memperbaiki atau
mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan
empirisme.Maksudnya,aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu
baik dasar (bakat,keturunan) maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan
penting.
Aliran konvergensi dipelopori oleh William
Stern (1871-1937),ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun buruk.Proses perkembangan anak,baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat
penting.Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan
kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk
berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu
semua manusia mampu berbahasa.Pada hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan
kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan
kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia.
TEORI
PEMBELAJARAN
Dalam
kegiatan belajar dan mengajar di sekolah
terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut
akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru
dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan
satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia.
Belajar
sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan
respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang
dan sebagainya).[1]
Menurut
morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap
dari tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha
sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh
kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap ,
sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan bahwa “learning
is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as
theresult of practice or experience”.[2] Belajar
adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi
karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak
berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam
pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar,
untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
Bedasarkan
pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa
elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu:[4]
a.
Belajar
yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang baik.
b.
Belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat
di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru
yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami
perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun
phisikis.
A. Macam
Macam Teori Belajar
Ada tiga
kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu
:teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun
atau menbangun ide-ide baru dan konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan
stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata.munculnya perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenal hukuman.
Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan
pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses:[5]
a. Thorndike
Thorndike belajar adalah proses interaksi
antara stimulu dan respon menurut
Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau
yang tidak dapat diamati.
b. Watson
Menurut Watson belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata
lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena
faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah
terjadi atau belum.
c. Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang
berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis
dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral.
d. Edwin Guthrie
Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan
asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan
faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang
sering agar hubungan lebih langgeng.
2. Teori belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai
protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya.Model kognitif
ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu
menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.
Ada beberapa teori belajar berbasis
kognitivisme yaitu :[6]
a.
Teori
Kognitif Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan
artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan
yang bermakna (a unified or meanimgful
whole).
Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada
perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan
kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu
pengelompokan (grouping). Pentingnya
grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt
1) Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan
satu sama lain cenderung mengelompok ;
2) Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan,
makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ;
3) Good continuation, kesinambungan, objek yang
membentuk garis sambung cenderung mengelompok.
b.
Teori
Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin
Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan
kognitif (kognitivefield) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan
fisikologi sosial.
c.
Teori
Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Ini disebut pula teori perkembangan intelektual
atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir
sampai dewasa.
d.
Teori
Discovery Learning dari Jerome S.Burner
Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di
New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr
harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar
dengan menemukan (discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan
pelajaran yang dipelajarinya dengan
suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan berfikir anak.
e.
Teori
Belajar dari Robert M. Gagne
Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan
kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara
kondisi internal dengan kondisi eksternal individu.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam
konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta
,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil
dan diingat.manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan
makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat
berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa lebih paham
karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih
paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem
yang membantu individu belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun
tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie
dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang
terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan
dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7]
Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu
yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di
mana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan
,atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis
mengenai teori- teori belajar yaitu :teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus
pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan
pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua
proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru.
[1]
Eveline Siregar, M.Pd dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hlm. 4
[2]
M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran
Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2), hlm. 26
[3]
Ibid., hlm 27
[4]
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran,
(Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm. 76
[5]
Hamzah Uno, Model Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 7-8
[6]
Asri C. Budiningsih, Belajar dan
Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 22-23
[7]
Hamzah Uno, Op.cit., hlm 26
No comments:
Post a Comment